Aren Indonesia

Bengkulu

Sumber Daya Alam Provinsi Bengkulu

Sumber: http://www.indonesia.go.id/

bengkulu

Salah satu yang menjadi motor penggerak perekonomian di luar migas adalah sektor pertanian. Sektor ini tidak saja mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian tetapi juga mampu menyerap tenaga kerja yang relatif lebih besar.

Menurut data Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, luas lahan sawah yang mempunyai saluran irigasi teknis seluas 22.598 ha, sawah non irigasi teknis seluas 68.232 ha dan luas lahan palawija, hortikultura dan sayur-sayuran seluas 386.881 ha. Sedangkan, panjang saluran irigasi primer, sekunder, dan tersier, secara keseluruhan sepanjang 583,89 km. dengan spesifikasi tersebut, Provinsi Bengkulu berhasil memproduksi padi sebanyak 3,755 ton/ha.

Berdasarkan data Departemen Kehutanan, luas hutan seluas 920.753,50 ha dengan hasil hutan Kayu Bulat sebanyak 29.945,10 m³ kayu gergajian sebanyak 23.151,94 m³ rotan: 177.200 batang dan damar: 312.500 batang. Sedangkan menurut data Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu, tercatat luas Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam seluas 444.882 ha, luas Hutan Lindung 252.042 ha, hutan produksi terbatas seluas 182.210 ha, hutan produksi tetap seluas 34.965 ha dan Hutan Fungsi Khusus seluas 6.865 ha.

Di bidang kelautan dan perikanan, menurut data Departemen Kelautan dan Perikanan, Provinsi Bengkulu memiliki potensi sebesar 145.334 ton dengan hasil 39.203,3 ton. Pada bidang produksi peternakan, Departemen Pertanian mengeluarkan data, yakni sapi potong sebanyak 84.943 ekor, sapi perah sebanyak 194 ekor, kerbau sebanyak 49.024 ekor, kambing sebanyak 110.611 ekor, domba sebanyak 6.655 ekor, babi sebanyak 2.153 ekor, kuda sebanyak 65 ekor, ayam buras sebanyak 2.797.876 ekor, entok sebanyak 48.029 ekor, angsa sebanyak 6.210 ekor dan puyuh sebanyak 10.717 ekor.

Potensi perkebunan sangat ditunjang dengan luas lahan perkebunan seluas 1.978.870 ha dengan hasil antara lain sawit sebanyak 703.335,60 ton, karet 72.248,89 ton, kopi robusta 55.461,39 ton, kopi arabika 2.466,36 ton, kakao 1.523,93 ton, kelapa dalam 5.983,21 ton, lada 3.284,92 ton, cengkeh 64,26 ton, aren 1.862,40 ton, kayu manis 719,06 ton, pinang 465,59 ton dan kemiri 3.082,90 ton.

Data dari Departemen ESDM, Provinsi Bengkulu memiliki potensi pertambangan dan energi diantaranya lima yang terbesar, yaitu: batu bara, emas, pasir besi, batu apung, bentonit. Hasil produksi batu bara tercatat sebanyak 673.542.000 ton.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Potensi Perkebunan

Sumber: http://bengkuluprov.go.id/ Rabu, 06 Agustus 2008

Sub sektor perkebunan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu terutama sebagai penghasil devisa, penyerapan tenaga kerja lokal dan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto.

Luas lahan budidaya diluar kawasan hutan Provinsi Bengkulu adalah 1.082.803 hektar (54,04 %). Dari luas tersebut penggunaan lahan sawah seluas 116.818 hektar (10,79%), perkebunan seluas 790.017 hektar (72,96%) dan penggunaan lainnya seluas 175.968 hektar (16,25%).

Potensi Lahan Perkebunan di Provinsi Bengkulu sebagaimana dideskripsikan dalam tabel dibawah ini :

Re-exposure of pot_lahan_perkebunan

Usaha perkebunan di Provinsi Bengkulu dilaksanakn oleh Perkebunan Rakyat dan Perusahaan Perkebunan baik perkebunan milik negara maupun milik Swasta dengan komoditi unggulan kelapa sawit, karet, kopi, teh dan kakao, disamping komoditi perkebunan spesifik lainnya seperti kelapa, lada, aren dan lain-lain. Komoditi perkebunan tersebut merupakan usaha tani yang sangat mempengaruhi perekonomian kehidupan masyarakat di Bengkulu.

Data tahun 2007 menunjukan bahwa perkembangan perkebunan kelapa sawit rakyat telah mencapai luas 105.854 hektar dengan produksi 1.126.856 ton tandan buah segar (TBS), Karet 85.904 hektar dengan produksi 84.582 ton karet kering, Kopi Robusta 106.907 hektar dengan produksi 62.942 ton biji kering, dan Kakao 13.670 hektar dengan produksi 2.352 ton biji kering.
Pengembangan Kebun Kelapa Sawit (Inti dan Plasma) yang diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN/PTPN) mencapai luas 4.746 hektar dengan produksi 51.427,60 ton TBS atau setara dengan 10.285,52 ton CPO (20%) dan Karet (inti dan plasma) 18.168 hektar dengan produksi 25.239,44 ton karet kering.

Sedangkan pembangunan kebun kelapa sawit yang diusahakan oleh Perkebunan Swasta Besar (PBS) mencapai luas 61.322 hektar dengan produksi 848.263,28 ton TBS atau setara dengan 169.652,65 ton CPO, Karet 8.371 hektar dengan produksi 12.312,79 ton karet kering, Kakao 7.122 hektar dengan produksi 3.264,70 ton biji kering, Kopi Arabika 615 Ha produksi 137,09 ton biji kering dan teh 950 Ha dengan produksi 1.513,88 ton daun kering.

Dalam mendukung pengembangan kelapa sawit di Provinsi Bengkulu telah dibangun pabrik pengolahan hasil perkebunan Kelapa Sawit (CPO) sebanyak 17 pabrik dengan kapasitas 675 ton/jam, Karet 7 pabrik kapasitas 87.960 ton/tahun, Minyak Goreng 1 pabrik kapasitas 200 liter/jam dan Teh 1 pabrik.

Re-exposure of luas_areal_produksi

Ket:
TBM = Tanaman Belum Menghasilkan
TM = Tanaman Menghasilkan
TTM/TR = Tanaman Tidak Menghasikan/Tanaman Rusak
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu 2007

Pemutakhiran Terakhir ( Senin, 08 September 2008 )

Kabupaten Rejang Lebong

RL Kembangkan Industri Gula Aren

Sumber: Bengkulu Ekspress, Sabtu, 14 Maret 2009 ; http://www.bengkuluekspress.com/

Ada peluang untuk pengembangan ke arah agribisnis itu, ujar Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan RL, Drs Hamka Rauf melalui Kepala Bidang Industri, Hasmir SH, kemarin.

Dijelaskannya dari segi topografi, dukungan curah hujan yang cukup serta suhu alam yang baik di kabupaten ini sangat potensial untuk dilakukan pengembangan industri, khususnya industri gula aren. Pada dasarnya kata Hasmir, RL memiliki 3 basis pengembangan industri, yakni industri bahan baku dari aren, karet dan kopi. Akan tetapi pemerintah daerah lebih mengunggulkan industri yang berbasis bahan baku dari aren.

Program ini sudah terencana cukup lama, namun untuk pelaksanaannya kita membutuhkan bantuan dari dinas instasni untuk ikut mendukung realisasi kegiatan itu, tukasnya. Beberapa upaya yang perlu dilakukan meliputi peningkatan produktivitas aren per-hektar, peningkatan luas sebaran tanaman aren, pemberantasan hama, peremajaan/penanaman pohon aren, peningkatan metode panen aren serta dukungan permodalan bagi para perajin. Dukungan ini sangat kita butuhkan untuk memulai membentuk industri agribisnis di RL, tambah Hasmir.

Di sisi lain, dukungan Pemprov Bengkulu untuk menjadikan Kabupaten RL sebagai sentra produksi gula aren sudah digembar-gemborkan sejak kepemimpinan Agusrin M Najamudin tahun 2004 lalu. Sebagai bentuk dukungan nyata, gubernur sudah melakukan peletakan pertama membangun pabrik gula aren di kawasan Desa Beringin III Kecamatan Sindang Kelingi dan saat itu mendatangkan Menteri Koperasi dan UKM, Surya Dharma Ali ke Provinsi Bengkulu pada pertengahan 2007 lalu.

Namun hingga kini recana pembangunan pabrik gula aren tersebut masih belum jelas, kapan dilakukan. Hal itu jelas membuat masyarakat didaerah tersebut mempertanyakan keseriusan pemerintah. (999)

Depkop Bantu Rp 2,7 Miliar Bangun Pabrik Gula Aren Di Bengkulu

Sumber: http://beritasore.com/2008/ Sen, 20 Oktober 2008

Bengkulu ( Berita ) : Kantor Departemen Koperasi dan UKM akan membantu dana Rp 2,7 miliar untuk membangun pabrik pengolahan gula aren di Kabupaten Rejang Lebong.

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bengkulu Zainal Abiddin mengemukakan di Bengkulu, Minggu [19/10] , bantuan itu awalnya akan dikucurkan pada 2008 tetapi ditunda tahun 2009 namun belum diketahui penyebabnya.Peletakan batu pertama pembangunan industri itu telah dilakukan oleh Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali belum lama ini dan tinggal melanjutkan pembangunan fisik dan pemasangan mesin pengolahnya.Bantuan dari Depkop dan UKM itu, kata dia, disalurkan lewat Koperasi Ngudi Rukun di Kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong yang mengelola industri gula aren itu.Pembangunan pabrik itu sebenarnya membutuhkan dana sekitar Rp3,940 miliar, namun Menkop dan UKM hanya membantu Rp2,7 miliar dan sisanya akan dibiayai Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Pemerintan Kabupaten Rejang Lebong.

Mengenai status lahan yang belum dibebaskan, menurut dia, itu lahan awal, tapi kini Pemkab Rejang Lebong telah menyediakan lahan pengganti di dekat pasar tradisional Curup.

Pembangunan industri pengeolahan gula aren itu mendapat respon dari Menkop dan UKM setelah mendapat rekomendasi dari Balai Penelitian Industri Holtikultura (BPIH) Bogor. “BPIH menyatakan pembangunan industri gula aren itu sangat layak, karena itu Kemneg Koperasi dan UKM pun langsung menyatakan kesanggupannya untuk membantu lewat koperasi Ngudi Rukun,” ujarnya.

Menurut dia, industri itu nantinya akan menghasilkan olahan gula aren sesuai dengan permintaan yakni bisa dalam bentuk batok/balok, gula semut (halus) ataupun gula cair.

Mengenai potensi, kata Zainal, sangat bagus. Industri itu nantinya akan menampung nira dari perkebunan aren masyarakat setempat yang rata-rata mencapai 20 ton per hari. Setiap tujuh liter nira bisa menghasilkan satu kilogram gula aren. ( ant )

Pembibitan Aren Kapur Dikembangkan

Sumber;  http://www.lampungpost.com/ Selasa, 26 Oktober 2004

BALAI Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Bengkulu melakukan pembibitan pohon aren jenis kapur yang rencananya ditanam di kawasan penyangga hutan lindung di daerah itu.”Untuk tahap awal, kami melakukan pembibitan sebagai percontohan sebanyak 300 batang di UPT Kuro Tidur Kabupaten Bengkulu Utara,” kata Kepala Balitbang Provinsi Bengkulu Syarifuddin Khalik, pekan lalu.Menurut dia, pohon aren sangat cocok ditanam di kawasan penyangga hutan lindung karena akarnya yang merambat mampu mencegah tidak terjadi longsor.Selain itu, ujar dia, secara ekonomis pohon aren juga cukup menjanjikan karena dapat menghasilkan gula merah yang mempunyai harga jual tinggi.

“Kawasan penyangga hutan lindung di Bengkulu ratusan hektare jadi jika seluruhnaya ditanami pohon aren akan menghasilkan pemasukan cukup besar bagi daerah,” katanya.

Satu haktare (ha) lahan dapat ditanami 400 batang aren dengan produksi 2 ton/hari. Jika dijual Rp3.000/kg, uang masuk Rp8 juta/ha/hari.

“Untuk jangka panjang penanaman pohon aren ini akan diserahkan pada masyarakat, tapi agar merangsang minat penduduk dan pemerintah akan memulainya dengan mananam 300 batang,” katanya.

Dia menjelaskan selain gula merah beberapa bagian pohon aren seperti ijuk, batang, dan sagunya (isi batang) dapat diolah dan memiliki nilai jual. n ANT/E-1

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Blog at WordPress.com.